Lamborghini Huracán LP 610-4 t

Mahar atau Maskawin yang Memberatkan

Mengawali catatan kecil ini ane akan memulainya dengan

"Bismillahirrohmanirrohim"

pernikahanSelanjutnya kami akan memulainya dengan mengutip salah satu hadits Nabi Saw :

“Tiga golongan yang berhak ditolong oleh Allah : Orang yang berjihad / berperang di jalan Allah. Budak yang menebus dirinya dari tuannya. Pemuda / i yang menikah karena mau menjauhkan dirinya dari yang haram.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Al-Hakim).

Berawal dari pengalaman pribadi yang dikutipkan disini, yaitu ada 2 kubu keluarga yang saling berbeda pandangan, terutama kali ini pandangan dalam hal seorang ibu yang memilah pilih calon menantunya, dengan cara dan keinginan yang berbeda. Pengalaman pribadi ini sengaja dikutip karena memang kejadian ini insyaa Allah mengandung hikmah dan manfaat. Tidak menutup kemungkinan juga banyak orang lain yang mengalami hal yang serupa. Karena dengan kejadian itu yang kemudian menjadikan kesemangatan belajar mendalami Islam, tentu dalam hal perNikahan.

Dahulu kala sewaktu almarhumah Ibu masih hidup, sebut saja beliau adalah Ibunda Hj. Na'imah binti H. Na'iman (semoga Allah mencurahkan rahmatnya untuk beliau). Ada beberapa kriteria yang harus disanggupi oleh calon-calon menantunya. Dan diantara kriteria-kriteria itu adalah :

- Apakah menantuku rajin shalat?

- Apakah menantuku pintar mengaji?

- Apakah menantuku sayang keluargaku?

- Apakah akhlaqnya bagus?

- Apakah menantuku mau mengangkat kerandaku ketika aku meninggal?

- Apakah menantuku sudi kiranya mendoakanku ketika aku telah tiada?

Kemudian ada seorang ibu yang memilah pilih kriteria-kriteria yang berlawanan dengan kriteria diatas, kriteria itu adalah :

- Tampan, ganteng, cantik kah menantu aku?

- Kerja dimanakah menantu aku?

- Kaya atau tidak menantu aku?

- Sanggupkah menantuku membayar mahar minimal 100gram emas?.

Dalam hal ini tentu yang lebih bijaksana atau mulia dari kedua orang tua tersebut adalah lebih bijaksananya Ibu yang pertama. Lalu apakah Ibu yang kedua itu salah? Jawabnya belum tentu salah, karena kemungkinan Ibu yang kedua ini dalam membuat kriteria itu karna ada beberapa hal seperti ingin membahagiakan anaknya, dan menimbang-nimbang kesanggupan si calon menantu dalam menafkahkan anaknya kelak.

Sungguh seorang Ibu adalah wanita-wanita terbaik dalam kehidupan ini. Ibu adalah wanita terbaik sepanjang zaman. Rasulullah Saw pun pernah memuji para wanita terbaik pada zamannya.

عن على قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول ، خير نسائها مريم ابنة عمران وخير نسائها خديجة.

"Dari Ali berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda :"Sebaik-baik wanita didunia ialah Mariam binti Imran, dan sebaik-baik wanita dizaman ini (zaman Nabi) ialah Khadijah." (HR Bukhari).

Sungguh peran Ibu adalah menjadi kebutuhan Umat manusia, terutama dalam menjalani kehidupan ini.

Kedudukan Mahar atau Maskawin dalam Islam

Allah SWT berfirman :

وءاتواالنساء صدقتهن نحلة فإن طبن لكم عن شىء منه نفسا فكلوه هنيئا مريئا.

"Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan." Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya." ( Q.S An-Nisa : 4).

Mahar atau maskawin itu adalah Kewajiban si calon suami untuk memberikan sesuatu kepada calon istri, baik berupa uang ataupun barang (harta benda). Karena hal ini membuktikan sikap penghargaan yang diberikan kepada wanita.

حديث سهل بن سعد رضي الله عنه قال جاءت امرأة إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم فقالت يا رسول الله جئت أهب لك نفسي فنظر إليها رسول الله صلى الله عليه وسلم فصعد النظر فيها وصوبه ثم طأطأ رسول الله صلى الله عليه وسلم رأسه فلما رأت المرأة أنه لم يقض فيها شيئا جلست فقام رجل من أصحابه فقال يا رسول الله إن لم يكن لك بها حاجة فزوجنيها فقال فهل عندك من شيء فقال لا، والله يا رسول الله فقال اذهب إلى أهلك فانظر هل تجد شيء فذهب ثم رجع فقال لا، والله ما وجدت شيء فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم انظر ولو خاتما من حديد فذهب ثم رجع فقال لا، والله يا رسول الله ولا خاتما من حديد ولكن هاذا إزاري قال سهل ماله رداء فلها نصفه فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم ما تصنع بإزارك إن لبسته لم يكن عليها منه شيء وإن لبسته لم يكن عليك منه شيء فجلس الرجل حتى إذا طال مجلسه قام فرآه رسول الله صلى الله عليه وسلم موليا فأمر به فدعي فلما جاء قال ماذا معك من القرأن قال معي سورة كذا وسورة كذا عددها فقال تقرؤهن عن ظهر قلبك قال نعم قال اذهب فقد ملكتها بما معك من القرأن.

"Diriwayatkan dari Sahl bin Sa'd Radiyallahu 'anhu, ia berkata : "Pernah suatu ketika seorang wanita datang kepada Rasulullah SAW, dan dia berkata :"Wahai Rasulullah, aku datang untuk menyerahkan diriku (agar beliau berkenan menikahinya) kepadamu." Lalu Rasulullah SAW, melihat padanya, beliau mengangkat pandangannya, memperhatikan wanita itu dengan cermat, lalu beliau mengangguk-nganggukkan kepala. Ketika wanita itu melihat bahwa beliau tidak memberikan jawaban sepatah katapun (diapun mengerti kalau beliau tidak berkenan), lalu dia duduk. Tiba-tiba seorang sahabat berdiri, seraya berkata :"Wahai Rasulullah, sekiranya engkau tidak ingin menikahinya, maka kawinkanlah aku dengannya." Beliau bersabda :"Apakah engkau mempunyai sesuatu yang bisa dijadikan maskawin?. Dia menjawab :"Sungguh tidak ada ya Rasulullah." Beliau bersabda :"Pulanglah menemui keluargamu, carilah sesuatu yang bisa dijadikan maskawin." Laki-laki sahabat Nabi pun pulang lalu kembali lagi menemui Nabi SAW, seraya berkata :"Demi Allah, aku tidak mendapatkan sesuatu yang bisa dijadikan maskawin." Rasulullah SAW bersabda lagi :"Pergilah dan carilah sesuatu yang bisa dijadikan maskawin, walaupun sekedar cincin dari besi." Lalu sahabat itu pergi, tidak lama kemudian dia datang lagi, seraya berkata :"Demi Allah, aku tidak mendapatkan sesuatu, sekalipun hanya cincin besi, tetapi aku hanya mempunyai kain sarung ini." Sebuah kain sarung yang hanya bisa menutup separuh badan bawah. Sahal berkata, bahwa dia tidak mempunyai kain penutup atas. Rasulullah SAW bersabda :"Apa yang kamu perbuat dengan kain sarung itu, jika sarung itu kamu pakai, maka wanita itu tidak dapat memakainya sedikitpun. Dan jika sarung itu dipakai oleh wanita itu, kamu tidak mempunyai pakaian yang bisa kamu pakai." Sahabat itu lalu duduk dalam waktu yang agak lama, lalu bangkit. Rasulullah melihatnya, bahwa ia membalikkan badan beranjak pergi dari situ. Selanjutnya Rasulullah memerintahkan untuk memanggil sahabat tersebut." Setelah sahabat itu datang kembali dihadapan Nabi SAW, beliau bertanya :"Apakah engkau mempunyai (hafal) dari Al-Qur'an?" "Aku hafal surat ini dan surat ini," Jawab sahabat tersebut sambil menghitungnya. Nabi SAW kembali bersabda :"Apakah engkau mampu membacanya secara hafalan dihadapannya, sebagai maskawin?" Dia menjawab :"Ya." Beliau besabda :"Pergilah, engkau telah mengawininya dengan maskawin ayat-ayat Al-Qur'an yang engkau hafal itu." (HR Bukhari dan Muslim).

cincin-maharDari hadits diatas menunjukkan betapa bijaksananya ajaran Islam yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Islam itu menghargai kaum hawa dan bukan bermaksud tidak menghargai kaum hawa dalam maharnya, namun mahar itu adalah kesanggupan dari pihak lelaki. Rasulullah SAW mengajarkan bukan hanya harta yang jadi patokan untuk memilih-pilih dalam pernikahan. Akan tetapi kewajiban calon suami yang harus menghargai dengan sebaik-baiknya kepada si calon istri, jangan memberikan kain sarung yang dipakai padanya untuk calon istrinya sehingga menjadikan 1 kain sarung untuk berdua, seperti hadit diatas.

Kalau kita urutkan maksud dari kriteria-kriteria kedua belah pihak yang berlainan faham seperti ibu-ibu diatas seperti ini penjelasannya :

Ibu yang pertama

1. Apakah menantuku rajin shalat?

Dalam hidup berumah tangga hal yang paling mendasar dan menjadi tiangnya adalah shalat

"katakankah, "Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup, dan matiku hanyalah untuk Tuhan semesta alam." (QS Al-An'am : 162).

عن معاوية ؛ لا حول ولا قوة إلا باالله ، قاله لما قال حي على الصلاة.

"Dari Mu'awiyah : Tidak ada keadaan dan kekuatan kecuali dengan Allah. (Dinyatakan Nabi ketika ada ucapan yang artinya ) : Marilah bershalat." (HR Bukhari).

Mungkin ini yang menjadi salah satu dasar-dasar mengapa si Ibu menanyakan yang pertama dalam memilih menantunya, karena memang catatan yang paling utama di akhirat kelak yaitu shalatnya. Kalau shalat menantunya bagus maka anaknya pun insya Allah akan ikut bagus, begitu uga sebaliknya.

2. Apakah menantuku pintar mengaji? Kalau menantu pintar mengaji maka akan memudahkan mereka (menantu dan anak) dalam rangka mendidik putera-puterinya untuk mengenal Allah SWT dan agamanya, kelak nanti.

"Bacakanlah kepada anak-anak kamu kalimat pertama dengan "Laa ilaaha illallah". (HR Al-Hakim).

عن أبى موسى عن النبى صلى الله عليه وسلم قال المؤمن الذي يقرأالقرأن ويعمل به كاالارجه طعمها طيب وريحها طيب _ والمؤمن الذى لا يقرأالقرأن ويعمل به كالتمرة طعمها طيب ولا ريح لها، ومثل المنافق الذى يقرأالقرأن كالريحانة ريحها طيب وطعمها مر، ومثل المنافق الذى لا يقرأالقرأن كالحنظلة طعمها مر اوخبيث ورحهامر.

"Dari Abu Musa dari Nabi SAW bersabda : "Orang mukmin yang membaca Al-Qur'an dan mengamalkannya seperti buah jeruk yang rasanya enak dan baunya harum. Dan orang mukmin yang tidak membaca Qur'an tetapi mengamalkannya seperti buah kurma rasanya enak tapi tidak ada baunya. Dan perumpamaan orang yang munafiq yang membaca al-Qur'an seperti bunga yang berbau harum tetapi rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafiq yang tidak membaca al-Qur'an seperti labu yang rasanya pahit atau jelek dan baunya pahit pula." (HR Bukhari).

3. Apakah menantuku sayang keluargaku?

عن ‏جرير عن النبى صلى الله عليه وسلم قال ؛ من لا يرحم لا يرحم.

"Dari Jarir dari Nabi SAW, bersabda :"Barangsiapa tidak sayang maka tidak akan disayang." (HR Bukhari).

Sungguh sangat tidak fair dan tidak menyenangkan dilihatnya bila sang menantu hanya mencintai anaknya saja, bukankah dalam hal pernikahan setelah menikah kedua kubu menjadi satu keluarga terutama mertua adalah menjadi orang tua si menantu juga. Seyogyanya mertua pun harus mendapat kasih sayang juga dari menantu. Walaupun haknya tidak sama.

"Sebaik-baik iman seorang Mukmin adalah orang yang baik budi pekertinya dan orang yang sayang kepada keluarganya." (HR Al-Hakim dan At-Turmudziy)

Hadits yang serupa juga disebutkan "Sebaik-baik dari kalian adalah orang yang berlaku baik pada keluarganya dan aku adalah orang yang terbaik diantara kalian terhadap keluargaku." (HR At-Tirmidziy dan Thabrani).

4. Apakah Akhlaqnya bagus?

Mungkin hal semacam ini sudah menjadi timbangan yang biasa dilakukan calon mertua dalam memilih calon menantunya, bagaimana tidak, tentu sang mertua tidak menginginkan menantu yang kuran ajar, dan tidak berakhlaq.

عن عبد الله بن عمر ورضى الله عنهما قال لم يكن النبى صلى الله عليه وسلم فاحشا ولا متفحشا وكان يقول إن من خياركم أحسنكم أخلاقا.

"Dari Abdillah bin Amr r.a, ia berkata : "Nabi SAW tidak pernah berkata keji dan tidak pula pernah berbuat keji (beliau tidak memiliki sifat yang buruk). Beliau bersabda :"Sesungguhnya sebaik-baik kamu adalah yang paling bagus budi pekertinya." (HR Bukhari).

5. Apakah menantuku mau mengangkat kerandaku ketika aku meninggal?

Orang tua terkadang juga menguji akhlaq dan seberapa besar menantu itu sayang kepada keduanya (mertua), padahal seharusnya dalam hal ini tidak kriteria khusus yang harus dimiliki oleh si menantu, karena memang sudah kewajiban dan keharusan apabila meninggalnya seseorang itu harus dikerjakan dengan mengusung dan mengantarkan janazah ke tempat peristirahatan terakhirnya. Dan mungkin kalau sang menantu sampai sudi kiranya mengangkat keranda sang mertua itu adalah sebagai bukti besarnya rasa kecintaan menantu terhadap orang tua si istri (mertua).

عن أبى هريرة ؛ حق المسلم على المسلم خمس : رد السلام وعيادة المريد، وإتباع الجنائز، وإجابة الدعوة، وتشميت العاطس.

"Dari Abu Hurairah : Hak orang Islam kepada orang Islam lainnya ada lima : (1)Menjawab ucapan salam. (2)Mengunjungi orang sakit (3)Mengantarkan jenazah. (4)Memenuhi undangan/panggilan. (5)Membalas bacaan orang bersin." (HR Bukhari).

Orang tua mungkin ingin di doakan seperti disebutkan juga dalam do'a :

اللهم اغفرله (لها) وارحمه (ها) وعافه (ها) واعف عنه (ها) واكرم نزله (ها) ووسع مدخله (ها)....الخ

"Ya Allah ampunilah ia, berilah rahmat, berilah afiat dan ampunilah ia, ya Allah muliakanlah ketika diturunkan, dan luaskanlah tempat ia masuk, cucilah ia dengan air es dan salju. Ya Allah bersihkanlah ia dari dosa sebagaimana baju putih yang dibersihkan dari noda. Gantilah tempat tinggal yang lebih baik dari tempat tinggalnya dan keluarga lebih baik dari keluarganya, dan istri (suami) lebih baik dari istrinya (suaminya), masukanlah ia kedalam surga, dan lindungilah dari siksa kubur dan adzab api neraka."

6. Apakah menantuku mau kiranya mendoakanku ketika aku telah tiada?

Seperti disebutkan diatas tadi yaitu setelah terjadi pernikahan maka kedua kubu menjadi satu, dan kedua orang tua pasangan kita menjadi orang tua kita sendiri. Dan tentu harapan kedua orang tua adalah agar supaya anak-anaknya, menantunya, dan semua orang-orang disekelilingnya selalu mendoakannya sepanjang waktu.

رب ارحمهما كما ربيانى صغيرا.

"Wahai Rabbku, kashanilah kedua orangtuaku, sebagaimana keduanya mengasihani aku diwaktu kecil." (QS Al-Isra' : 24).

"Dan sembahlah Allah dan janganlah kalian menyekutukannya dengan sesuatu, dan berbuatlah kebajikan bagi ibu bapak." (QS An-Nisaa : 36).

Inilah mungkin yang menjadi tujuan-tujuan sang Ibu yang pertama, kehidupan duniawi dan akhiratlah yang dituju beliau. Lalu bagaimana dengan Ibu yang kedua? Saya tidak mengerti dan faham tujuannya. Apakah mungkin hanya tujuan membahagiakan dalam kehidupan duniawi saja?.....

Ibu yang kedua

Memang benar tujuan pernikahan itu adalah demi mencapai kebahagiaan, tapi apakah kebahagiaan itu harus dicapai dengan memperbanyak harta tanpa memikirkan akhirat. Dan bukankah tampan dan cantik itu relatif. Jadi janganlah harta benda, kekayaan, tampan wajah dan seluruh jasmani menjadi penghalangnya. Dan jangan menghalang-halangi mereka untuk menikah, supaya mereka tidak terjerumus pada sesuatu yang negatif.

“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan mengkayakan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (emberianNya) dan Maha Mengetahui.” (QS. An-Nuur : 32).

Abdul Lathif al-Ghamidi mengatakan, "Jangan membiarkan mereka dalam kemungkaran, merelakan mereka dalam kemaksiatan, dan mengabaikan kesalahan mereka. Termasuk bentuk kecintaan dan kasih sayangmu kepada mereka adalah dengan melindungi mereka dari musuh utama,yaitu hawa nafsu dan musuh yang selalu mengintai, menipu daya dan mengancam mereka. Rumahmu adalah kekuasaanmu, bagaimana kamu rela ada yang berbuat maksiat kepada Tuhanmu didalam rumahmu?.."

cincin-maharKami berfikir bahwa mungkin jalan fikiran Ibu yang kedua itu adalah sangat kritis dan mungkin sangat berlebihan, bukankah tujuan pernikahan adalah perintah Ilahi Rabb, dan perintah Rasulnya. memahami syari'at-syari'at agama itu diperlukan, kalau sudah faham dan mengerti syari'at Islam, tentu ia akan merubah kriteria-kriterianya dalam memilih calon menantunya. Apalagi dengan menargetkan kalau calon menantunya harus mampu membayar mahar dengan 100gram emas. Karena tentu hal ini memberatkan si calon menantunya. Okelah kalau seandainya calon menantunya itu dari orang kalangan atas, lalu bagaimana kalau ternyata calon menantunya hanya dari orang kalangan menengah kebawah. Bukankah Islam itu mengajarkan bahwa :

"Sebaik-baik wanita adalah yang paling ringan mas kawinnya". (HR Ath-Thabrani).

Kalau sudah seperti permintaan 100gram emas itu tentu hanya terlihat dimata saja berharganya sang wanita namun tidak terlihat berharga dimata Agama.

Karim Asy-Syadzili dalam bukunya "Ila Habibain ; Kaifa Tusaithir 'Ala Hayatika Al-Athifiyyah Wa Tus'id Syarika 'Umrik", beliau mengatakan begini :

"Jika seorang laki-laki menikah dengan wanita yang tidak beragama atau wanita menikah dengan seorang laki-laki yang tidak beradab, apa yang dilakukan oleh Islam padanya?."

"Jika ingin mencari solusi dan rela dengan cara islami, mereka harus kembali kepada Islam dan berkomitmen dengan ajaran Islam. Sebab Islam akan menjamin mereka mendapatkan kehidupan yang nyaman, menyenangkan, dan membahagiakan. Namun, jika mereka mengabaikan ajaran Islam dan mengikuti jalan yang sesat, kemudian terperosok dalam masalah, lantas datang kepada seorang syaikh sambil berkata "Berikan kami fatwa, ya syaikh", maka hal ini tidak benar dan tidak masuk akal.".

Kalau segala hal kebahagiaan itu hanya dinilai dari harta benda, lalu bagaimana dengan peringatan-peringatan Agama?, apakah sudah tidak dipakai lagi?, kemudian bagaimana dengan nilai-nilai etika kebaikan dalam beragama, apakah sudah dilupakan?

“Barangsiapa yang menikahkan (putrinya) karena silau akan kekayaan lelaki meskipun buruk agama dan akhlaknya, maka tidak akan pernah pernikahan itu dibarakahi-Nya, Siapa yang menikahi seorang wanita karena kedudukannya, Allah akan menambahkan kehinaan kepadanya, Siapa yang menikahinya karena kekayaan, Allah hanya akan memberinya kemiskinan, Siapa yang menikahi wanita karena bagus nasabnya, Allah akan menambahkan kerendahan padanya, Namun siapa yang menikah hanya karena ingin menjaga pandangan dan nafsunya atau karena ingin mempererat kasih sayang, Allah senantiasa memberi barakah dan menambah kebarakahan itu padanya”. (HR.Thabrani).

Sehingga seorang penyair pernah mengatakan dengan patuahnya :

Aku dirundung banyak masalah

Engkau ingin semuanya enyah

Dan menuduh zaman tekah bersalah

Mencari bara didalam air, dapatkah?

Abdul Wahhab Muthawi mengatakan : "Manusia mempunyai kekuatan untuk bertahan hidup yang diperoleh dari kemampuannya meredam dan memikul kepedihan." (Ashdiqa 'Ala Al-Waraq).

Betapa besar pelajaran-pelajaran hikmah yang ada dunia ini, dan setiap kejadian itu mengandung hikmahnya masing-masing

Akhirnya pelajaran untuk kali ini adalah dengan kesimpulan betapa bijaksananya dan mulianya Ibu yang pertama dibandingkan Ibu yang kedua. Dan untuk ibu yang kedua semoga lebih bijaksana dalam membuat kriteria calon menantunya dan semoga Allah memberikan nur atau cahaya keimanan dan rahmat serta hidayah dari Allah SWT. dan dapat merenungkan sebuah hadits :

عن أبى هريرة قال : قال رسول الله إذانظر أحدكم إلى من فضل عليه فى المال والخلق فلينظر إلى من هواسفل منه.

"Dari Abu Hurairah berkata : Rasulullah Saw bersabda :"Jika seorang diantaramu melihat orang yang diberi kelebihan harta dan bentuk (keistimewaan), maka lihatlah kepada orang yang lebih rendah dari padanya." (HR Bukhari)

Terakhir dari postingan untuk kali ini saya mengutip dari hadits yang berbunyi :

"Didiklah anak-anakmu dengan tiga perkara, yaitu, Cinta kepada Nabinya, Cinta kepada Keluarga Nabi, dan Tilawatil Qur'an." (Al-Hadits).

Dan do'a dari firman Allah Swt :

ربنا هب لنا من أزواجنا وذريتنا قرة أعين واجعلنا للمتقين إماما.

"Ya Tuhan kami, berilah kami istri (suami) dan anak-anak keturunan yang menyenangkan hati kami, dan jadikan kami sebagai pemimpin orang-orang yang bertaqwa." (QS Al-Furqan : 74). Amin

Sekian Adanya

Catatan Kaki :

Curhatan Hati dari Al-Fakir

أوليه مديس ألبتاوى

www.majlas.yn.lt

High Quality Services

Comments via facebook

Cantik itu relatif
Tampan itu relatif
Pintar itu relatif
Bodoh itu relatif
Kaya itu relatif
Miskin juga relatif
Karena memang diatas langit masih ada langit
This template downloaded form free website templates