Polly po-cket
Gambaran Umum Keilmuan Pada Masa Nabi Saw

majlasNabi SAW, tidak memiliki madrasah yang permanen, Beliau tidak pula memiliki pondok pesantren untuk pendidikan, tempat beliau duduk memberikan ceramah dihadapan para santrinya. Namun, majelis-majelis keilmuan beliau luas, umum, dan universal (syamil), laksana hujan turun disetiap tempat, memberikan manfaat kepada orang-orang khusus maupun orang-orang umum. Posisi beliau didalam ketentaraan adalah pelatih dan pemberi nasihat yang mengobarkan hati, memberikan dukungan kepada tentara dengan ucapannya. Posisi beliau saat bepergian adalah guru petunjuk sekaligus petunjuk jalan. Di rumah beliau mendidik keluarganya. Di masjid beliat guru, juru khotba, qadhi pemutus perkara, pemberi fatwa, dan pengatur. Di jajan, ada seseorang yang paling lemah diantara manusia memohonnya berhenti untuk sekedar bertanya tentang urusan agamanya, beliau pun berkenan berhenti.

Beliau dalam segala hal adalah guru petunjuk, pemberi nasihat dan pengajar, hanya saja karena umumnya para sahabat berkumpul dimasjid untuk menunaikan shalat-shalat fardhu, maka beliau lebih banyak menyelenggarakan majelis-majelis keilmuan di masjid. Masjid dengan demikian menjadi tempat resmi sekaligus murni untuk ilmu pengetahuan, pendidikan, serta untuk mengulangi pelajaran, nasihat, dan petunjuk. Sesungguhnya majelis-majelis keilmuan tersebut termasuk bagian dari pengertian ibadah yang diperuntukan bagi Allah SWT semata. Allah SWT berfirman.

"Dan sesungguhnya masjid-masjid itu kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah satupun didalamnya disamping (menyembah) Allah." (Qs Al-Jinn : 18).

Majelis-majelis keilmuan tersebut juga termasuk bagian dari pengertian zikir kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman :

"Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut namanya didalamnya, pada waktu pagi dan petang." (Qs An-Nur : 36).

Tentang keberadaan masjid sebagai tempat resmi untuk penyelenggaraan majelis-majelis keilmuan. Nabi SAW, secara lebih jelas menceritakan didalam hadits :

من دخل مسجدنا هذا ليعلم خيرا أو ليتعلم كان كالمجاهد فى سبيل الله.

"Barangsiapa masuk masjid kami ini untuk tujuan mengajarkan kebaikan atau untuk belajar, maka dia bagaikan orang yang berperang dijalan Allah." (HR Ibnu Majah).

Saat itu, kedudukan masjid adalah sebagai madrasah sekaligus kampus yang mendapatkan kemuliaan dengan duduk dan munculnya orang yang secara terus menerus mendapatkan anugerah lebih dibandingkan seluruh individu umat ini, yaitu junjungan kita Nabi Muhammad SAW, untuk mengajar para sahabat, memberikan manfa'at, dan memberi petunjuk kepada mereka disitu.

Ketika duduk, beliau dikelilingi para sahabat dari segala sisi, dikitari dalam bentuk bundaran (halaqah) laksana bintang-bintang mengelilingi bulan tsabit dimalam purnama. Al-Hafidz al-Haitsami menulis bab dalam karyanya "Majmuz Zawaid bab duduk disisi orang alim" dan berkata : "Sesungguhnya Rasulullah SAW, bila duduk, maka duduklah para sahabat didekatnya berhalaqah-halaqah." (HR al-Bazzar).

Yazid ar-Raqqasy berkata bahwa Anas bin Malik R.a, berkata kala menceritakan kepada kami hadits ini, "Demi Allah, tidaklah apa yang dilakukan Nabi SAW, seperti kamu lakukan ini. Seseorang diantaramu duduk dan berceramah lalu kamu berkumpul disekitarnya. Sesungguhnya yang dilakukan para sahabat usai shalat subuh mereka duduk berhalaqah-halaqah."

Al-Bukhari dalam Sahihnya menulis bab duduk bersama secara halaqah (membentuk lingkaran dimasjid), untuk mempelajari ilmu , membaca al-Qur'an, Zikir, dan sebagainya. Walaupun duduk bersama membentuk lingkaran, harus memposisikan sebagian orang untuk membelakangi arah kiblat.

Berkumpulnya murid membentuk lingkaran terhadap guru yang mengajarinya (halaqah) adalah indikasi rasa suka, kesempurnaan rasa rindu, dan besarnya semangat terhadap apa yang disampaikan oleh guru, disamping indikasi konsentrasi, keseriusan, dan kesempurnaan memuliakan, Perintah Nabi SAW, menetapkan bahwa tata krama ini sangat ditekankan dan dianjurkan, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Nuaim dalam tata krama guru dan pelajar, serta ad-Dailami dari Abu Hurairah secara marfu' berbunyi :

إذا جلستم إلى العالم أوالعلم فادنوا واليجلس بعضكم خلف بعض ولا تجلسوا متفرقين كما يجلس أهل الجاهلية.

"Jika kamu duduk disamping orang alim atau ilmu, mendekatlah. Hendaklah duduk sebagian kamu dibelakang sebagian kamu yang lain. Janganlah kamu duduk berpisah-pisah seperti duduknya kaum Jahiliyah."

Imam al-Yusy membuat satu pasal didalam Qanunnya. Didalam pasal itu dia menyebutkan prinsip-prinsip dasar menyebarkan ilmu. Dia berkata "pengajaran dalam bentuk tadris asal mulanya adalah apa yang dilakukan oleh Nabi SAW, pada majelis-majelisnya bersama para sahabat didalam menjelaskan hukum-hukum, hikmah-hikmah, berbagai realitas kontekstual, menafsirkan ayat-ayat al-Qur'an, menuturkan fadhilah-fadhilah serta keistimewaan ayat, dan sebagainya. Dalam majelis-majelis itu mereka berkumpul disamping beliau. Ini adalah tradisi halaqah ilmu yang senantiasa diterapkan para ulama kini dan seterusnya. Dengan demikian apa yang dilakukan oleh Nabi SAW, pada majelis-majelisnya dalam bentuk halaqah merupakan ketetapan sekaligus keterangan, Allah SWT berfirman :

".....Agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka.....(Qs an-Nahl : 44).

Al-Marwazi dan Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dari Abu Muawiyah al-Kindi, katanya :"Aku menemui Umar di Syam, Umar bertanya kepadaku tentang perilaku manusia. Katanya, "Barangkali seseorang masuk masjid laksana unta berlari. Jika dia melihat majelis yang disitu ada teman yang di kenalinya, ia duduk bergabung dengan majelis itu." Aku menjawab, "Tidak begitu, tetapi disana ada sekian banyak majelis yang bermacam-macam. Mereka duduk, mempelajari, dan menuturkan kebaikan." Kata Umar, "Kamu senantiasa berada dalam kebaikan selama kamu konsisten dengan (salah satu dari) sekian banyak majelis yang bermacam-macam itu."

Generasi salaf pun mentradisikan itu. Jabir bin Abdullah, misalnya, mempunyai halqah dimasjid Nabawi. Disitu ditransferkan ilmunya. Dan tidaklah halaqah-halaqah ini terfokus pada fungsi mempelajari ilmu belaka, melainkan berfungsi juga menjadi forum zikir kepada Allah SWT, Bertahlil, Bertakbir, Bertasbih, Beristighfar. Dan Imam ad-Darasi meriwayatkan bahwa Nabi SAW, melewati satu majelis dimasjidnya, Riwayat Ibnu Majah menyebutkan pada waktu itu Nabi SAW, mendapati dua halaqah. Satu halaqah membaca Al-Qur'an dan halaqah lainnya mengkaji ilmu. Penyelenggaraan halaqah ini tidaklah terbatas sewaktu hadirnya Rasulullah SAW, tetapi juga pada waktu beliau tidak hadir karena fungsi halaqah untuk kebaikan, sementara beliau menyuruh kebaikan dilakukan kapanpun.

Para sahabat seperti dijelaskan Anas bin Malik dimuka jika usai shalat subuh, mereka duduk membentuk halaqah-halaqah, Nabi SAW, kala memasuki masjid dan mendapati dua halaqah, beliau duduk menghampiri halaqah ilmu.

Manakala keberadaan halaqah-halaqah selalu identik dan terfokus dengan ilmu dan dzikir, tampaknya halaqah dimasjid tidak diselenggarakan selain untuk urusan yang mulia ini. Jadilah bentuk duduk demikian menjadi pertanda halaqah ilmu dan dzikir. Setiap orang yang melihat halaqah, maka tergambarlah dalam benaknya bahwa disana terdapat majelis ilmu dan dzikir.

Dengan begitu halaqah mendapat kemuliaan, keutamaan, dan keagungan ilmu dan dzikir. Dari sini muncul larangan dalam bentuk halaqah selain dimaksudkan untuk ilmu dan dzikir. Imam Muslim dari Jabir R.a, menceritakan : Rasulullah SAW memasuki masjid, sementara para sahabat duduk berhalaqah-halaqah, beliau lalu bersabda :"Semestinya aku tidak melihatmu duduk berkelompok terpisah-pisah." Ibnu Hajar menjelaskan bahwa beliau ingkar pada perilaku para sahabat duduk berhalaqah-halaqah, karena duduk halaqahnya atas dasar sesuatu yang tidak bermanfa'at, berbeda dengan duduk halaqah mereka disebelah beliau yang dimaksudkan untuk menyimak ilmu. Demikian penjelasan Ibnu Hajar.

Penjelasan tersebut diperkuat oleh hadits Abdullah bin Mas'ud :

سيكون فى آخر الزمان قوم يجلسون فى المساجد حلقا حلق أمانيهم الدنيا فلا تجالسهم فإنه فليس الله فيهم حاجة فيما كانوا فيه.

"Akan muncul di akhir zaman kaum yang duduk di masjid berhalaqah-halaqah, angan-angan (orientasi) mereka dunia. Hendaklah kamu tidak menemani duduk mereka. Sesungguhnya Allah SWT tidak memberikan apresiasi sama sekali terhadap aktivitas yang mereka lakukan."

Hadits tersebut disebutkan oleh Imam al-Iraqi. Menurutnya sanad hadits ini lemah. Rasulullah SAW bersabda :

"Dengan duduk halaqah pada majelis Ilmulah aku diperintahkan"

Hadits serupa ini juga diriwayatkan dari Mu'adz bin Jabal.

Majelis-majelis ilmu saat itu tampak teratur dan tertib, sesuai dengan jadwal hari dan waktu yang ditentukan. Indikas ini ditunjukan oleh Imam Bukhari didalam Shahihnya. Dia membuat judul tentang bab orang yang menjaga hari-hari yang ditentukan untuk ahli Ilmu. Disebutkan pada bab tersebut bahwa sesungguhnya Abdullah memberikan peringatan kepada manusia setiap hari kamis. Ketika ditanya, Abdullah berargumentasi dengan perbuatan yang dikerjakan Rasulullah SAW.

Bagi kaum wanita disediakan jadwal hari-hari tertentu. Didalam hadits disebutkan bahwa kaum wanita mengadu kepada Rasulullah SAW.:"Kami kalah dengan kaum laki-laki. Maka hendaklah Tuan menyediakan jadwal khusus bagi kami untuk belajar."Beliau menetapkan hari secara terjadwal waktu beliau berkumpul bersama mereka, memberikan nasihat dan memotivasi beramal kebaikan."(HR Bukhari).

Seringkali tampak Nabi SAW memberikan kewenangan kepada salah seorang dari istri-istri beliau yang suci untuk menerangkan suatu masalah, menyimpulkan hal yang masih global, maupun menjelaskan hal yang masih ganjil berkaitan dengan urusan kewanitaan.

Kadangkala sebagian sahabat menggantikan kedudukan Nabi SAW, dalam menyampaikan ilmu. Abdullah bin Rawahah, misalnya, menyeru kepada para sahabat, "Kemarilah sehingga kami beriman kepada Tuhan sesaat." para sahabat duduk mengitarinya. Abdullah memberikan peringatan mereka dengan ilmu Allah dan tauhid yang berkaitan dengan akhirat. Kadangkala Abdullah menggantikan Rasulullah SAW. ketika beliau bangun dari duduknya, Abdullah mengumpulkan manusia, memberi mereka peringatan, dan memperdalam ilmu mereka dalam rangka lebih mempertegas apa yang disampaikan Rasulullah SAW. Ketika beliau datang, tampak mereka berkumpul dan berkonsentrasi penuh menyimak ceramah Abdullah. Rasulullah SAW duduk menghampiri seraya memerintahkan mereka mengambil ilmu dari majelis ini, lalu bersabda :"Dengan menyampaikan ilmu inilah aku diperintahkan." Hadits serupa ini juga diriwayatkan dari Muadz bin Jabal.

Selain Abdullah bin Rawahah, diantara sahabat yang pernah menggantikan Rasulullah SAW adalah Ubadah ibnush Shamit. Dia diutus dan diberi kewenangan untuk mengajarkan al-Qur'an kepada ahli shuffah. (HR Ibnul Jauzi dalam Musykil ush-Shahihain).

Abu Ubaidah Ibnu Jarrah pernah pula diberikan kewenangan untuk mendidik salah seorang sahabat utusan Rasulullah SAW, kepada utusan ini Rasulullah SAW bersabda :"Aku mengirim kamu kepada orang yang akan mendidik dan mengajarimu tata krama dengan baik." (HR Ibnu Asakir).

Nabi SAW mengutus Fuqaha dan qurra' keseluruh penjuru untuk mendidik manusia dan memperdalam mereka dalam urusan agama. Diantaranya Mus'ab bin Umair, dia adalah duta Nabi SAW dimadinah, dia tinggal ditempat As'ad bin Zurarah. Mus'ab berkeliling dari rumah kerumah kaum anshor (door to door) dalam rangka membacakan al-Qur'an dan menyeru mereka kepada Allah SWT, dan dari tangannya banyak yang memeluk Islam.

Termasuk diantara duta Rasulullah SAW adalah Mu'adz bin Jabal, dia diutus sebagai qadhi tentara di yaman, mengajari manusia tentang al-Qur'an dan Syari'at islam. Juga Amr bin Hazm al-Khazraji al-Bukhari diangkat sebagai petugas di Najran untuk memberikan pendalaman agama dan mengajarkan al-Qur'an. Demikian disebutkan dalam kitab al-Istiaab. Begitu pula para sahabat yang mati syahid dijalan Allah seperti sekelompok sahabat dalam peristiwa Raji' dan Bi'ri Maunah.

Sementara Shuffah (emperan) Masjid Nabawi difungsikan sebagai madrasah untuk belajar membaca dan memahami agama. Di shuffah menetap para sahabat yang tergolong fakir yang tidak memiliki keluarga. Mereka mengkaji dan mempelajari al-Qur'an, kemudian melakukan ekspansi keseluruh penjuru dunia untuk mengajarkan al-Qur'an kepada umat manusia.

¤¤ sekian adanya ¤¤

Rujukan

Judul asli : اصول التربية النبوية

"Ushulut-Tarbiyah an-Nabawiyah"

www.majlas.yn.lt

Share dan Komentar
free blog template

Cantik itu relatif
Tampan itu relatif
Pintar itu relatif
Bodoh itu relatif
Kaya itu relatif
Miskin juga relatif
Karena memang diatas langit masih ada langit

Sponsor

Recent Comments

Search

Do'a this blog

"Ya Allah jadikanlah hatiku cahaya, pada mataku cahaya, pada pendengaranku cahaya, dikananku cahaya, dikiriku cahaya, diatasku cahaya, dibawahku cahaya, didepanku cahaya, dibelakangku cahaya, dan jadikanlah aku cahaya." amiin. (HR BUKHARI).

Valid XHTML 1.0 Transitional Valid CSS!
This template downloaded form free website templates